The Proud Boy


There was once a very proud boy. He always walked through the village with his eyes turned down and his hands in his pockets. The boys used to stare at him, and say nothing; and when he was out of sight, they breathed freely. So the proud boy was lonely, and would have had no friends out of doors if it had not been for two stray dogs, the green trees, and a flock of geese upon the common.

One day, just by the weaver's cottage, he met the tailor's son. Now the tailor's son made more noise than any other boy in the village, and when he had done anything wrong he stuck to it, and said he didn't care; so the neighbours thought that he was very brave, and would do wonders when he came to be a man, and some of them hoped he would be a great traveller, and stay long in distant lands.

When the tailor's son saw the proud boy he danced in front of him, and made faces, and provoked him sorely, until, at last, the proud boy turned round and suddenly boxed the ears of the tailor's son, and threw his hat into the road. The tailor's son was surprised, and, without waiting to pick up his hat, ran away, and sitting down in the carpenter's yard, cried bitterly. After a few minutes, the proud boy came to him and returned him his hat, saying politely.

"There is no dust on it ; you deserved to have your ears boxed, but I am sorry I was so rude as to throw your hat on to the road."

"I thought you were proud," said the tailor's son, astonished; "I didn't think you'd say that I wouldn't."

"Perhaps you are not proud?”

"No, I am not."

"Ah, that makes a difference," said the proud boy, still more politely. "When you are proud, and have done a foolish thing, you make a point of owning it."

“But it takes a lot of courage," said the tailor's son.

"Oh, dear, no," answered the proud boy; "it only takes a lot of cowardice not to;” and then turning his eyes down again, he softly walked away.

Bahasa Indonesia:
Suatu ketika ada seorang anak laki-laki yang sangat angkuh. Dia selalu berjalan melalui desa dengan mata tertunduk dengan tangan di saku. Anak laki-laki lainnya biasa menatapnya, dan tidak mengatakan apa-apa; dan saat dia tidak terlihat, mereka bernafas lega. Jadi anak laki-laki yang sombong itu kesepian, dan tidak mempunyai teman di luar sana kecuali dua anjing liar, pohon hijau, dan sekawanan angsa yang biasanya memang berada disana.

Suatu hari, di dekat pondok penenun, dia bertemu dengan anak penjahit itu. Anak penjahit itu lebih gaduh daripada anak laki-laki lain di desa tersebut, dan ketika dia melakukan kesalahan, dia tidak merasa bersalah, dan berkata bahwa dia tidak peduli; sehingga para tetangga berpikir bahwa dia sangat berani, dan akan melakukan hal-hal hebat saat dia menjadi seorang laki-laki dewasa, dan beberapa dari mereka berharap dia akan menjadi petualang besar, dan tinggal lama di negeri yang jauh.

Ketika anak laki-laki penjahit itu melihat anak laki-laki yang sombong itu dia menari di depannya, dan mengejeknya, dan memancingnya agar marah dengan sungguh-sungguh, sampai akhirnya anak laki-laki yang sombong itu berbalik dan tiba-tiba menempeleng kepala anak penjahit itu, dan membuang topinya ke jalan. Anak penjahit itu terkejut, dan, tanpa mengambil topinya, lari, dan duduk di halaman tukang kayu, menangis dengan getir. Setelah beberapa menit, anak laki-laki yang sombong itu mendatanginya dan mengembalikan topinya, katanya dengan sopan.

"Tidak kotor, kok, Kamu pantas ditampar, tapi maaf aku sangat kasar karena melempar topimu ke jalan."

"Kupikir kamu sombong," kata anak penjahit itu, tercengang; "Aku tidak sangka kamu mengatakan sesuatu yang tidak mungkin aku lakukan."

"Mungkin kamu tidak sombong?"

"Jelas tidak."

"Ah, itu membuat perbedaan," kata anak yang sombong itu dengan lebih sopan. "Bila kamu sombong, dan telah melakukan hal yang bodoh, kamu harus mempertahankannya."

"Tapi butuh banyak keberanian," kata anak penjahit itu.

"Oh, aku rasa tidak tidak," jawab anak laki-laki yang sombong itu; "Hilangkan saja rasa pengecutmu untuk bisa melakukannya;" dan kemudian anak sombong itu menundukkan kepalanya lagi ketika dengan lembut melangkah pergi.

sumber gambar: https://png.pngtree.com

The Proud Boy Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Good Dreamer

0 komentar:

Posting Komentar